New Teks Naskah
Drama Judul Telaga Warna
New Teks Naskah Drama Judul Telaga Warna. Buat sahabat yang saat ini
sedang mencari dan membutuhkan naskah drama singkat, cerita rakyat Telaga Warna
Silahkan sobat simpan dan unduh naskah
drama bawah ini . Diperanrakan oleh tujuh orang pemain lengkap dengan naskah
drama dan dialog yang mudah untuk di
hafalkan selengkapnya silahkan simak berikut dibawah ini:
New Naskah Drama Judul Telaga Warna
Narator:
Dikisahkan pada zaman dahulu
kala, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan
Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh raja
yang arif dan bijaksana yaitu Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Rakyatnya
hidup tenang, makmur, tenteram, damai dan sejahtera. Namun Sayangnya, Prabu
Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai seorang anak. Sehingga, ini
menjadi kegelisahan sang Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.
Adegan Pertama
Ratu Purbamanah:
(sedang murung dan menangis)
Prabu Suwartalaya:
Sudahlah dinda. Jangan murung
dan menangis terus. Kalau dinda bersedih terus seperti ini, kanda jadi ikut
bersedih.
Ratu Purbamanah:
Gimana dinda ga akan bersedih
kanda, sudah bertahun-tahun kita berumah tangga tapi belum dikaruniai seorang
anak.
Penasehat:
Baginda, supaya Ratu
Purbamanah tidak sedih terus bagaimana kalau mengangkat seorang anak saja
baginda. Barangkali bisa mengurangi kesedihan Ratu.
Ratu Purbamanah:
Tidak! Aku tidak mau punya
anak angkat!
Prabu Suwartalaya:
Iya, penasehat.
Akupun juga tidak setuju jika
mengangkat seorang anak. Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada
anak angkat.
Narator:
Ratu Purbamanah masih terus
menangis
Prabu Suwartalaya:
Sudahlah dinda jangan menangis
terus. Kanda akan berusaha lagi. Kanda akan pergi ke hutan untuk bertapa agar
kita cepat dikaruniai seorang anak.
Ratu Purbamanah:
Baiklah kalau begitu. Jika
memang kanda harus pergi ke hutan untuk bertapa, Baiklah kanda. dinda juga
turut berdo’a. hati-hati kanda.
Narator:
Pergilah Prabu pergi ke hutan
untuk bertapa. Di hutan, sang prabu terus menerus berdo’a agar dikaruniai anak.
Beberapa bulan kemudian,
keinginan mereka terkabul. Ratu Purbamanahpun mulai hamil. Seluruh rakyat
senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu
Purbamanah melahirkan seorang putri.
Adegan Kedua:
Ratu Purbamanah:
(menggendong seorang bayi)
Prabu Suwartalaya:
Putri kita cantik ya, Dinda.
Dan kelihatannya sangat lucu.
Ratu Purbamanah:
Iya Kanda. Kita harus
bersyukur akhirnya kita dikaruniai seorang anak.
Prabu Suwartalaya:
Iya dinda. Putri kita ini juga
manis, dan sangat menggemaskan! Oleh karena itu, bagaimana
kalau kita beri nama Gilang Rukmini? Gimana dinda setuju tidak?
Ratu Purbamanah:
Dinda setuju setuju saja
kanda.
Narator:
Sesaat raja dan ratu sedang
berbahagia, datanglah penasehat kerajaan.....
Penasehat:
Ampun baginda. Ini dari
rakyat, mengirimkan beraneka hadiah untuk putri baginda. Mereka turut bersuka
cita dan mengucapkan selamat atas kelahiran putri baginda.
Prabu Suwartalaya:
Terima kasih, Paman
Narator:
Tak hanya keluarga istana yang
berbahagia, rakyat turut berbahagia
mendengar kabar tersebut. Sayangnya, Gilang Rukmini
tidak diasuh secara baik oleh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Gilang pun
tumbuh menjadi gadis yang manja dengan sifat-sifat yang kurang baik. Dia tak
segan berkata kasar untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Walaupun begitu,
baik Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah, dan rakyat sangat mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh
menjadi gadis remaja tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri
akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka
membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang
sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia
bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit
emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan.
Adegan Ketiga :
Prabu Suwartalaya:
Pak, tolong buatkan kalung
yang sangat indah untuk putriku.
Tukang perhiasan:
Dengan senang hati, Yang
Mulia.
Narator:
Ahli perhiasan itu lalu
bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung
yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri Raja.
Hari ulang tahun pun tiba.
Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu Purbamanah
datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar,
ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang
mengagumi kecantikannya.
Adegan Keempat
Rakyat-rakyat :
(teriak dan bertepuk tangan)
Horeee!! horeeee!! Horeeee!!!
Raja dan Ratu telah datang!
Rakyat 1:
Wuaaah cantik sekali ya, putri
Prabu Suwartalaya.
Rakyat 2:
Iya. Aku jadi iri melihatnya.
Narator:
Prabu lalu bangkit dari
kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. Kemudian...
Prabu Suwartalaya:
Putriku tercinta Gilang
Rukmini, hari ini hari ulang tahunmu. aku berikan kalung ini untukmu. Kalung
ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu.
Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi
dewasa. Pakailah kalung ini, Nak.
Narator:
Putri menerima kalung itu.
Lalu ia melihat kalung itu sekilas. Kemudian...
Gilang Rukmini:
Aaahh!! Kalung apa ini?!
Kalung ini jelek! Aku tak mau memakainya! (kalung dilempar)
Rakyat:
Haaahhhh??? Kalung indah
terbuat dari emas permata itu di lempar begitu saja oleh putri. Sungguh ku tak
menyangka putri baginda berbuat seperti itu.
Narator:
Kalung yang indah pun rusak.
Emas dan permatanya tersebar di lantai. Seluruh rakyat yang hadir terkejut. Tak
seorangpun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba Ratu Purbamanah menangis melihat perilaku putrinya. Rakyatnya
pun mengikuti menangis melihat Ratu Purbamanah menangis. Akhirnya, semua pun meneteskan air mata, hingga istana basah oleh
air mata mereka.
Ratu Purbamanah:
(menangis)
Narator:
Tiba-tiba muncul mata air dari
halaman istana. airnya keluar sangat deras yang makin lama makin banyak.
Rakyat 1:
Haaahh?? Ada air! Air! Air!
Rakyat 2:
Hahhh? tiba-tiba air ini
membentuk kolam kecil!
Rakyat 3:
Bukan! Ini banjir! Banjir!
Banjiir! Banjiiir! Banjiirr!
Narator:
Setelah kejadian tersebut,
rakyat berteriak teriak kebingungan, panik, ketakutan dan......
Tiba-tiba Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu
danau itu makin besar dan menenggelamkan istana. Kemudian........, terciptalah
sebuah danau yang sangat indah. Nama danau itu kini dikenal orang sebagai
Telaga Warna. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan
langit di sekitar telaga. Namun, orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari
kalung Putri Gilang Rukmini yang tersebar di dasar telaga. Sekian
New Teks Naskah Drama Telaga Warna,
sekian yang dapat kami berikan contoh naskah drama diatas semoga dapat bermanfaat dan berguna untuk kalian yang sedang membutuhkannya sampai bertemu pada postingan berikutnya. Sumber artikel :media internet