Sejarah Masyarakat Indonesia
Sebelum Mengenal Tulisan Menurut Para Ahli
Sejarah Masyarakat IndonesiaSebelum Mengenal Tulisan Menurut Para Ahli.Ada beberapa
unsur kebudayaan masyarakat
Indonesia sebelum mengenal
tulisan , antara lain:
a.Sistem
Kepercayaan
Kepercayaan terhadap
roh nenek moyang
ini terus berkembang
pada masa bercocok
tanam hingga masa perundagian.
Pada masa bercocok
tanam, pemujaan roh
nenek moyang diungkapkan dengan upacara
penguburan dan tradisi
megalitikum, maka orang yang
masih hidup memuja
roh tokoh itu untuk
tetap dapat melindungi
mereka. Sedangkan pada masa
perundagian kepercayaan
terhadap roh nenek
moyang (animisme) makin
menguat. Hal ini tampak
dari makin kompleksnya
bentuk upacara-upacara penghormatan,
persajian, dan penguburan.
Dinamisme, yaitu kepercayaan yang
menganggap bahwa setiap
benda memiliki kekuatan
gaib, dan totemisme,
yaitu kepercayaan terhadap
hewan tertentu yang
dikeramatkan.
Manusia yang
terdiri atas jasmani dan
rohani memunculkan suatu
kepercayaan bersifat rohani yang
kemudian dipersonifikasikan dalam
bentuk riil. Sistem kepercayaan
masyarakat Indonesia mulai tumbuh
pada masa hidup
berburu dan mengumpulkan makanan, ini
dibuktikan dengan penemuan
lukisan dinding gua
di Sulawesi Selatan
berbentuk cap tangan
merah dengan jari-jari yang direntangkan.
Lukisan itu diartikan sebagai sumber
kekuatan atau simbol
perlindungan untuk mencegah roh
jahat. Manusia di zaman
hidup bercocok tanam sudah
percaya adanya dewa
alam yang menciptakan banjir, gunung meletus, gempa bumi,
dan sebagainya.
b.Sistem
Kemasyarakatan
Ketika manusia
hidup bercocok tanam
dan jumlahnya bertambah
besar, sistem kemasyarakatan mulai
tumbuh. Gotong-royong dirasakan
sebagai kewajiban yang
mendasar dalam menjalani kegiatan
hidup, contohnya seperti
menebang hutan, menangkap
ikan, menebar benih, dan
lain-lain. Sistem kegotong-royongan, kekeluargaan,
kerjasama, dan pembagian
kerja makin mantap
dalam organisasi mesipun
sangat sederhana. Adanya
upacara menunjukan masyarakat
mulai mengenal status
sosial, kekerabatan, dan
hubungan perkawinan. Musyawarah
merupakan cara pengambilan
keputusan yang tepat.
Baca juga:
c.Pertanian
Sistem persawahan
mulai dikenal bangsa
Indonesia sejak zaman
neolitikum, yakni sejak
manusia menetap secara permanen (sedenter). Mereka
terdorong untuk mengusahakan
sesuatu yang menghasilkan (food producing). Sistem
persawahan diawali dari
system ladang sederhana
yang belum banyak menggunakan teknologi,
kemudian meningkat dengan
adanya teknologi pengairan
hingga lahirlah sistem persawahan.
Kehidupan gotong-royong
mulai teraktualisasi dalam
system persawahan ini.
Dengan sistem bersawah,
sekali pun sederhana, mereka
sudah memikirkan pengelolaan
sawah yang intensif
melalui program Pancausaha Tani (pemilihan
bibit unggul, pengolahan
tanah, irigasi, pemupukan,
dan emberantasan hama).
d.Kemampuan
Berlayar
Kemampuan berlayar
sudah dialami cukup
lama oleh bangsa
Indonesia, kenyataan ini dilatar
belakangi oleh cara
kedatangan nenek moyang
bangsa Indonesia dari
dataran Asia. Dan kemampuan
itu terus berkembang
di tanah yang baru,
mengingat kondisi geografis
Indonesia yang terdiri dari
pulau-pulau. Kemampuan berlayar
ini selanjutnya menjadi
dasar dari kemampuan
berdagang. Itulah sebabnya, sejak
awal masehi, bangsa
Indonesia sudah mulai berkiprah dalam
jalur perdagangan internasional.
Nenek moyang
bangsa Indonesia datang
dari Yunani sebelum
Masehi. Mereka sudah pandai
mengarungi laut dan
harus menggunakan perahu
untuk sampai di
Indonesia. Kemampuan berlayar ini dikembangkan
di tanah baru,
yaitu di Nusantara,
mengingat kondisi geografi di
Nusantara terdiri banyak
pulau. Kondisi ini
mengharuskan menggunakan
perahu untuk mencapai
kepulauan lainnya. Salah
satu cirri perahu
yang dipergunakan nenek moyang
kita adalah perahu
cadik, yaitu perahu
yang menggunakan alat dari
bambu atau kayu
yang dipasang di
kanan kiri perahu.
Pembuatan perahu biasanya dilakukan
secara gotong royong
oleh kaum laki-laki.
Setelah masa perundagian, aktivitas pelayaran
juga semakin meningkat. Perahu bercadik
yang merupakan alat
angkut tertua tetap dikembangkan
sebagai alat transportasi
serta perdagangan. Bukti adanya
kemampuan dan kemajuan
berlayar tersebut terpahat
pada relief Candi
Borobudur yang berasal dari
abad ke-8. Relief
tersebut melukiskan tiga
jenis perahu, yaitu
1) perahu
besar yang bercadik,
2) perahu
besar yang tidak
bercadik, dan
3) perahu
lesung
e.Sistem
Bahasa
Bahasa yang
tersebar diseluruh wilayah
Indonesia itu termasuk
dalam satu rumpun
bahasa, yaitu rumpun bahasa
Melayu Austronesia atau
bahasa Melayu kepulauan
Selatan. Menurut H.Kern,
bahasa Austronesia yang sampai
ke Indonesia ini
berasal dari daerah
Campa, Vietnam, Kamboja,
dan sekitarnya. Bahasa
ini digunakan oleh
masyarakat sebagai alat
komunikasi antara warga
yang satu dengan
warga yang lainnya.
f.Ilmu
Pengetahuan
Sebelum pengaruh
Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia
telah mengenal ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat
telah memanfaatkan angin
musim sebagai tenaga
penggerak dalam aktivitas pelayaran
dan perdagangan. Juga
mengenai ilmu astronomi,
sebagai petunjuk arah
dalam pelayaran atau sebagai
petunjuk waktu dalam
bidang pertanian.
Pengetahuan astronomi
(ilmu perbintangan) sudah dimiliki
nenek moyang bangsa Indonesia. Masyarakat
Indonesia telah mengenal
ilmu pengetahuan dan
memanfaatkan teknologi angin musim sebagai
tenaga penggerak dalam
aktivitas pelayaran dan perdagangan. Selain
digunakan untuk mengenali
musim, ilmu astronomi
juga sudah dimanfaatkan sebagai
petunjuk arah dalam
pelayaran, yaitu Bintang
Biduk Selatan dan Bintang
Pari (orang Jawa
menyebut Lintang Gubug
Penceng) untuk menunjuk
arah selatan serta
Bintang Biduk Utara
untuk menunjukkan arah
utara. Kemampuan astronomi dan
angin musim ini
telah mengantarkan mereka
berlayar ke barat
sampai di Pulau Madagaskar, ke
timur sampai di
Pulau Paskah, dan
ke selatan sampai di
Selandia Baru serta ke
arah utara sampai di
Kepulauan Jepang. Pengetahuan
astronomi juga digunakan dalam pertanian
dengan memanfaatkan Bintang
Waluku sebagai pertanda
awal musim hujan.
g.Organisasi
Sosial
Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak
akan dapat hidup
sendiri tanpa kelompok masyarakat. Kelompok
masyarakat itu lebih
dikenal dengan sebutan suku.
Nenek moyang
kita hidup berkelompok.
Mereka bersepakat untuk
hidup secara bersama, hidup
gotong royong, dan
demokratis. Mereka memilih seorang
pemimpin yang dianggap dapat
melindungi masyarakat dari
berbagai gangguan termasuk
gangguan roh sehingga seorang
pemimpin dianggap memiliki
kesaktian lebih. Cara
pemilihan pemimpin yang demikian
disebut primus inter
pares, yaitu yang
terutama diantara yang
banyak. Jadi, seorang
pemimpin adalah yang
terbaik bagi mereka
bersama.
h.Teknologi
Sejak masa
pra-sejarah, masyarakat Indonesia
telah mengenal teknik
pengecoran logam, dan masyarakat
juga telah mengenal
teknik pembuatan perahu
bercadik dan perahu
bercadik itu dapat digunakan
sebagai sarana transportasi
dan sarana dalam
perdagangan.
i.Kesenian
Masyarakat pra-sejarah
telah mengenal kesenian
sebagai hiburan untuk
mengisi waktu senggang. Waktu senggang
itulah yang mereka
pergunakan untuk mewujudkan
dan menyalurkan jiwa
seni mereka seperti seni
mebuat batik, membuat
gamelan, seni wayang dan
lain-lain. Akan tetapi
seni wayang biasanya dipertunjukan
setelah panen dengan
lakon cerita tentang
kehidupan alam sekitar mereka.
1.Kesenian
Wayang
Kesenian wayang
semula berpangkal pada
pemujaan roh nenek
moyang. Semula wayang diwujudkan
sebagai boneka nenek
moyang yang dimainkan
oleh dalang pada malam
hari. Dengan beralaskan
tirai dan tata
lampu di belakangnya serta boneka
yang digerak-gerakkan sehingga
terlihat bayangan boneka
seolah-olah shidup. Jika
dalang kemasukan roh
nenek moyang, sang dalang
akan menyuarakan suara nenek
moyang yang berisi nasihat-nasihat kepada anak
cucu mereka. Setelah kedatangan hinduisme
ke nusantara maka
kisah nenek moyang
digantikan kisah Ramayana dan
Mahabharata. Bonekanya kemudian
diganti dengan bentuk
tokoh dalam cerita Mahabharata.
Fungsinya pun beralih
sebagai pertunjukan dan penontonnya melihat
dari depan tirai.
2.Seni
Gamelan
Seni gamelan ada
kaitannya dengan seni wayang.
Seni gamelan ini
dipakai untuk mengiringi pertunjukkan
wayang. Pada waktu
musim bercocok tanam
sudah usai masyarakat kuno
itu membuat alat
musik gamelan, mengembangkan
seni membatik, dan
mengadakan pertunjukan wayang
semalam suntuk untuk
dapat dilihat oleh masyarakat
di sekitarnya.
3.Seni
Membatik
Seni membatik
merupakan kerajinan membuat gambar pada
kain. Cara menggambarnya mempergunakan
alat canting yang
diisi bahan cairan lilin
(orang Jawa menyebutnya malam) yang
telah dipanaskan, lalu
dilukiskan pada kain
sesuai motifnya.
j.Sistem
Ekonomi
Masyarakat pada
setiap daerah tidak
dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya, untuk itu
mereka menjalin hubungan
perdagangan dengan daerah-daerah
lainnya. Hubungan perdagangan yang mereka
kenal pada saat
itu adalah system
barter, yaitu pertukaran
barang dengan barang.
Kebutuhan hidup
manusia selalu menuntut untuk
dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
masyarakat kuno saling
bertukar barang (barter)
dari satu wilayah
ke wilayah lain.